Selasa, 22 Maret 2016

Problematika Perempuan Masa Kini

EMANSIPASI WANITA DI ERA GLOBALISASI
  1. 1.      PENGERTIAN EMANSIPASI 
Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam pembahasan masalah seperti itu.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia emansipasi ialah pembebasan dari perbudakan, persamaan hak dl berbagai aspek kehidupan masyarakat
Emansipasi wanita ialah proses pelesapan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Dan bicara emansipasi wanita, maka pasti membicarakan Kartini, seorang wanita priyayi Jawa yang memiliki pemikiran maju di masanya yang kemudian diangkat namanya menjadi penggerak emansipasi wanita Indonesia, berkat surat-surat2 korespondennya pada sahabat Belandanya yang kemudian diangkat menjadi sebuah buku berjudul ‘Habis Terang Terbitlah Terang’.
Jadi bila disimpulkan arti Emansipasi dan apa yang dimaksudkan oleh Kartini adalah agar wanita mendapatkan hak  untuk mendapatkan pendidikan, seluas-luasnya, setinggitingginya. Agar wanita juga di akui kecerdasannya dan diberi kesempatan yang sama untuk mengaplikasikan keilmuan yang dimilikinya dan Agar wanita tidak merendahkan dan di rendahkan derajatnya di mata pria.
Dalam hal ini tidak ada perkara yang menyatakan bahwa wanita menginginkan kesamaan hak keseluruhan dari pria, karena pada hakikatnya pria dan wanita memliki kelebihannya masing- masing.
Lantas sekarang, emansipasi dijadikan kedok ‘kebebasan’ para wanita.  Jadi akan menjadi sangat miris bila pengertian emansipasi wanita ini lantas di anggap sebagai pemberontakan wanita dari kodrat kewanitaannya. Dimana wanita melupakan ‘kewanitaannya’ dan lebih menunjukkan keperkasaannya secara fisik, yang notabene bukan ‘lahannya’ namun memaksakan agar ‘diakui’. Saat wanita lupa bahwa selain cerdas di luar sana juga harus cerdas didalam rumahnya.
Dan emansipasi wanitapun dijadikan kedok untuk memperdagangkan diri dalam balutan kontes putri dan ratu dengan tameng menguji kecerdasan kontestannya.Apakah hubungannya kecerdasan yang dinilai dalam balutan baju seksi dan wajah mempesona?? Dan ada juga yang menjual kecantikan untuk memperoleh ‘nilai’ lebih dalam hal pendidikan, pekerjaan bahkan status sosial, suatu bentuk pelacuran terselubung yang malah menghancurkan derajat wanita dimata pria.
Lantas di mana letak kebanggaan seorang wanita?? Jadi apa arti emansipasi bila akhirnya hanya menjadi olok-olokan??
Jika Kartini sekarang masih hidup, dia pasti akan menyerang pengertian emansipasi yang ada seperti sekarang ini. Kartini akan menyerang kontes ratu-ratuan yang mengumbar aurat, Kartini akan menyerang keinginan perempuan untuk menjadi seperti pria yang sebenarnya berangkat dari perasaan rendah diri dan pengakuan jika pria lebih unggul, sebab menurut Kartini, perempuan dan laki-laki itu memiliki keunggulan dan juga kelemahannya masing-masing yang unik, sebab itu mereka memerlukan satu dengan yang lainnya, saling melengkapi
  1. ARAH PERJUANGAN KARTINI
Sejarah bangsa merupakan catatan pengalaman perkembangan bangsa.  Pri bahasa mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik.  Oleh karena itu bangsa yang mau maju sudah tentu harus belajar sejarah.
Kalau bangsa ini ingin memiliki masyarakat wanita yang maju sesuai dengan cita-cita dan perjuangan Kartini, maka sejarah Kartini perlu dicermati kembali.  Sebab kalau tidak demikian perjuangan para Kartini masa kini bisa saja kurang sesuai lagi dengan apa yang menjadi cita-cita ibu Kartini, walaupun sekarang ini sudah banyak wanita Indonesia yang berpendidikan tinggi dan menduduki jabatan penting di berbagai instansi.
Perjuangan Kartini dilator belakangi kehidupan para wanita pada zamannya yang pada umumnya hanya menjalankan kehidupan sebagai ibu rumah tangga.  Apa yang dikerjakan ibu rumah tangga pada waktu itu juga terbatas pada tugas menjalankan fungsi sebagai istri, mengasuh anak, mengurus dapur, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Kartini melihat para wanita pada waktu itu tidak memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan kaum lelaki untuk mengenyam pendidikan tinggi.  Dalam kondisi seperti itu Kartini juga melihat adanya kesenjangan intelektual di antara suami istri dalam hal pendidikan.  Padahal untuk bisa membentuk keluarga yang baik, terutama dalam mendidik anak, selain diperlukan seorang ayah yang berpendidikan tinggi, juga diperlukan seorang  ibu yang  juga berpendidikan tinggi.
Dari latar belakang sejarah perjuangan Kartini sudah jelaslah bahwa arah perjuangan Kartini adalah memajukan kaum wanita yang dimulai dari pendidikan.  Kartini tidak pernah menganggap pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebagai pekerjaan yang lebih rendah daripada pekerjaan yang dilakukan oleh kaum lelaki.
Dalam perjuangannya untuk memajukan kaum wanita Indonesia yang antara lain melalui buku yang ditulisnya dengan judul “Habis Gelap Terbitlah terang” ternyata Kartini mendapat dukungan penuh dari suaminya.  Ini artinya perjuangan Kartini tidak dimaksudkan untuk bersaing atau mengalahkan kaum lelaki.
Sisi lain yang sangat penting dari kenyataan tersebut adalah bahwa suami Ibu Kartini adalah seorang lelaki yang hidup pada zaman dulu tapi berpikir maju atau modern.  Dukungan terhadap istrinya yang memperjuangkan persamaan hak wanita menunjukkan bahwa suami Ibu Kartini sangat mengerti kalau perjuangan hak azasi adalah perjuangan universal yang sebetulnya tidak perlu memandang jenis kelamin.    Sikap suami Ibu Kartini tersebut kiranya cukup layak dicontoh oleh kaum lelaki Indonesia dalam menyikapi perjuangan emansipasi wanita Indonesia masa kini.
  1. PERJUANGAN KARTINI MASA KINI
Sekarang ini kita sudah bisa melihat kemajuan para wanita Indonesia dalam suatu indikasi di mana pekerjaan atau jabatan yang dulu hanya diduduki oleh kaum lelaki sudah banyak yang diduduki oleh kaum wanita.  Berbagai pekerjaan atau jabatan mulai dari pegawai negeri / swasta, pilot, pengacara, notaris, dokter, direktur, menteri, bahkan sampai jabatan presiden sudah banyak diperankan oleh wanita Indonesia.
Pertanyaan yang mungkin perlu direnungkan adalah, apakah peran sebagai ibu rumah tangga pada zaman sekarang ini dianggap lebih rendah daripada peran sebagai wanita karir ?Apakah wanita yang tetap memilih kehidupan sebagai ibu rumah tangga dapat  dianggap sebagai ketinggalan zaman ?
Perlu diingat kembali bahwa pada zaman dulu di mana belum banyak bermuncuan wanita karir, para ibu rumah tangga sangat menguasai paling sedikit 2 macam keterampilan yang tidak banyak dikuasai kaum lelaki, yaitu memasak dan menjahit.
Ke dua macam keterampilan tersebut sampai sekarang dan sampai kapanpun dapat dijadikan lahan bisnis yang menjanjikan.  Pada zaman sekarang ini, makin sedikit saja ibu rumah tangga yang bisa memasak dan menjahit.  Bahkan lebih dari itu kelihatannya lebih banyak kaum lelaki yang bisa memasak dan menjahit.  Apakah ini suatu kemajuan ataukah kemunduran ?
Di masa sekarang dan masa yang akan datang, sesuai dengan kemajuan teknologi terutama dalam bidang internet, sangat mungkin akan semakin banyak orang yang memilih untuk bekerja di rumah.  Saya dan istri telah memulai sejak beberapa tahun yang lalu.  Bukankah hal ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa persamaan hak perlu diperjuangkan oleh kaum wanita dengan dukungan dari kaum lelaki seperti yang dilakukan oleh Ibu Kartini dan suaminya ?

4.      KEBEBASAN DALAM EMANSIPASI

     Kebebasan dari emansipasi adalah kebebasan dari perbudakan, persamaaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, misal : persamaan hak, seperti kaum wanita dengan kaum pria. Di zaman modern seperti sekarang ini banyak kaum wanita menganggap bahwa emansipasi menunjukkan tidak ada lagi diferensiasi antara kaum wanita dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
       Masalah inilah yang timbul dan saat ini menjadi kendala besar untuk meningkatkan martabat kaum wanita, padahal menurut ilmu histories, pelopor emansipasi kaum wanita R.A Kartini menguraikan bahwa emansipasi bertujuan untuk membebaskan kaum wanita dari perbudakan dan keterbelakangan, misal pada waktu dijajah pada pada waktu dijajah oleh bangsa Belanda kaum wanita tidak diperbolehkan untuk sekolah seperti kaum pria, kaum wanita pada waktu itu hanya dijadikan budak penjajah dan mengurusi semua keperluan dapur. Maka dari itu emansipasi dijadikan sebagai tonggak baru untuk mengangkat dan memajukan derajat kaum wanita dan untuk bias mewujudkannya beliau mendirikan sebuah sekolah yang khusus untuk kaum wanita.
Semenjak terdapat sekolah untuk kaum wanita yang didirikan R.A Kartini, banyak putrid bangsa ini yang mampu meningkatkan martabat kaum wanita dengan kepandaian dan keuletannyadalam berbagai bidang.Terbukti di zaman modern sekarang ini yang sudah merdeka, banyak anak- anak sekolah yang berprestrasi bahkan sebagian besar prestasi banyak diraih oleh kaum wanita.
Tetapi dengan adanya prestasi-prestasi itulah kaum wanita sekarang merasa bias menandingi kemampuan dan berbagai kegiatan yang dimiliki kaum pria, misalkan saja dalam hal pacaran seorang wanita tidak malu untuk menyatakan perasaannya kepada kaum pria dan juga dalam hal kegiatan olahraga, seni, dll. Biasanya jika terdapat kejadian seperti orang-orang akan mengatakan bahwa ini adalah zamannya emansipasi, jadi harus menyamakan dengan kaum pria. Tetapi itu merupakan sebuah kesalahan, kita pasti sudah tahu bahwa kodrat kaum wanita pasti dibawahnya kaum pria dan bila kaum wanita di atas kaum pria itu tidak akan terjadi bahkan itu bisa menjatuhkan kehormatan dan martabat kaum wanita itu sendiri di mata masyarakat.
Kesalahan kaum wanita yang lain adalah merokok, minum-minuman keras, pecandu narkoba, pergaulan bebas, dan masih banyak lagi, bukankah itu semua dilarang oleh agama islam baik kaum pria dan kaum wanita. Masalah lainnya yaitu bolos sekolah untuk anak-anak yang masih sekolah dan pecandu narkoba untuk orang yang suka memakai, kalau kedua hal itu sudah jelas ada dalam UUD dan pasti orang yang melakukannya akan mendapatkan hukuman. Jadi disini jika sampai ketahuan terdapat kaum wanita yang melakukannya, dimana rasa malu mereka ?dan dimana rasa kasihan mereka terhadap kaum wanita lainnya ? yang tidak tahu apa-apa tetapi malah menerima dampak buruknya.
 Dengan adanya masalah-masalah yang terjadi di atas, sudah dapat disimpulkan bahwa emansipasi, awalnya memang sebuah kemajuan tetapi di akhir berbanding terbalik, yaitu kemunduran yang didapatkan mungkin itu semua didasari karena masalah intern, misal : terlalu dibebaskan pergaulan kita oleh orang tuanya, tidak diperhatikan keluarganya atau ditinggal bekerja orang tuanya, jadi emansipasi disini termasuk kebebasan yang kebablasan.
Jadi sebaiknya para orang tua harus hati-hati menjaga anak-anaknya, khususnya anak perempuan khususnya dalam bidang pergaulan. Apalagi anak-anak remaja perempuan sekarang mudah sekali untuk dirayu, dibujuk dan dipengaruhi, jadi jangan sampai orang tua membebaskan anak-anak perempuanya dalam pergaulan karena akan cepat merubah perkembangannya dan itu adalah perkembangan yang negative. Dan bagi perempuan-perempuan dewasa yang dianggap sudah bisa mengatur diri sendiri harus tetap diawasi dalam pergaulan, misal : hal pacaran, orang tua harus tetap membatasinya, karena jika terlalu dibebaskan mungkin hanya akan mengakibatkan penyesalan bagi semua oran terutama orang tua.

  1. 5.      Emansipasi Perempuan di Era Globalisasi
Seiring dengan perkembangan zaman, melalui gerakan emansipasi ini, perempuan Indonesia akhirnya dapat mensejajarkan diri dengan kaum pria dalam berbagai bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial. Perempuan sudah dapat men-duduki posisi-posisi penting di bidang birokrasi. Perempuan juga sudah dapat berkiprah di bidang politik. Selain itu, perempuan juga sudah banyak yang sukses di bidang sosial dan ekonomi.
Di era globalisasi ini, perempuan tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami walaupun hal tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan mengikuti kodratnya. Akan tetapi, perempuan juga dapat berperan untuk bangsa di ranah politik, ekonomi dan sosial. Bukti nyata dari hal tersebut dapat dilihat pada Pasal 65 ayat 1 UU (Undang-Undang)  Nomor 12 Tahun 18 Februari 2003 yang berbunyi “Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) provinsi dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%”. Ketentuan dari UU (Undang-Undang) di atas merupakan tindak lanjut dari konvensi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), yaitu persoalan yang menyangkut penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Selain itu, Uni Antar Parlemen (Inter Parliamentary Union) pada tahun 1997 di New Delhi mendeklarasikan “Hak politik perempuan harus dianggapi sebagai satu kesatuan dengan hak asasi manusia. Oleh karena itu, hak politik perempuan tidak dapat dipisahkan dari hak asasi manusia”. UU (Undang-Undang) dan konvensi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) tersebut menandakan bahwa dalam ranah politik peran perempuan sudah mulai diakui dan diperhitungkan.
Di bidang ekonomi, tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga atau membantu  suami bekerja. Bahkan, ada beberapa perempuan yang mengerjakan pekerja-an laki-laki sebagai supir bus. Hal ini terlihat pada Perusahaan Transjakarta Busway  yang memiliki 80 pengemudi perempuan. Dalam bidang sosial, perempuan yang dulu lekat dengan stigma kasur, sumur, dan dapur sekarang telah mampu bangkit dan menggeser stigma kasar tersebut. Bahkan, dalam bidang sosial ini kaum perempuan telah memiliki benteng untuk melindungi diri dari pengaruh globalisasi dalam bidang sosial ini. Kaum perempuan telah dilindungi oleh UU (Undang-Undang) pornografi dan pornoaksi yang banyak menyita perhatian khalayak. Pada hakikatnya UU (Undang-Undang) tersebut adalah sebuah bentuk perlindungan kehormatan perempuan yang dijadikan bahan eksploitasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa perempuan Indonesia sudah membuktikan kepada bangsa bahwa mereka mampu memegang peran penting dalam membangun bangsa. Salah satu dari mereka adalah  Mari Elka Pangestu seorang ekonom Indonesia kelas dunia. Kita juga mengenal Susi Susanti yang sudah mengharumkan nama Indonesia dalam bidang olahraga (bulu tangkis), beliau adalah peraih piala emas Olimpiade Bercelona pada tahun 2002. Sosok yang masih tergambar jelas di hati rakyat adalah mantan presiden kelima kita yaitu Megawati Soekarnoputri, wanita pertama yang pernah memerintah negara ini. Mereka semua adalah pelaku emansipasi perempuan. Mereka memanfaatkan jasa Raden Ajeng Kartini tersebut untuk membekali diri mereka sendiri dengan keahlian, pengetahuan, dan wawasan berfikir yang luas. Mereka mencari dan menggali potensi mereka tanpa menuntut selalu diistimewakan sebagai perempuan. Ibu kita Kartini pasti bangga pada mereka.
Lain halnya dengan generasi sekarang, perempuan generasi muda sekarang sudah telah banyak terlena dan terombang-ambing oleh arus globalisasi yang semakin mewarnai dan meracuni bangsa. Tidak sedikit efek dari era globalisasi ini berpengaruh negatif sehingga tidak menutup kemungkinan partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa pada masa mendatang tidak dapat berjalan, sehingga tidak ada lagi pembuktian bahwa perempuan mampu berdiri membangun bangsa. Bahkan, persoalan ini apabila dibiarkan dan tidak ada usaha untuk melakukan perbaikan akan dapat menciptakan generasi muda yang bimbang dan tidak memiliki masa depan yang pasti.
Dewasa ini emansipasi seringkali disala artikan. Emansipasi sering kali menjadi alasan yang dicari bagi kaum perempuan, khususnya remaja putri untuk mendapatkan kebebasan seluas-luasnya, dan seringkali berlebihan kadarnya. Kita bisa melihat fakta-fakta yang terjadi di era ini, seperti riset yang dilakukan yang menyatakan bahwa dari data yang dihimpun dari 100 remaja, terdapat 51 remaja perempuannya sudah tidak lagi perawan. Hasil Riset ini disampaikan oleh Sugiri kepada sejumlah media dalam Grand Final Kontes Rap dalam memperingati Hari AIDS sedunia di lapangan parkir IRTI Monas, Minggu (28/ 11/2010). Sugiri juga merincikan bahwa di Surabaya perempuan yang sudah tidak perawan lagi mencapai 54%,  di Medan 52%, serta Bandung mencapai 47% dan data ini dikumpulkan selama kurun waktu 2010 saja. Selain itu, lebih ekstrim lagi jika kita membicarakan pelacur-an anak gadis di bawah umur. Wajah lugu dan pikiran yang masih polos diracuni oleh paham-paham hidup senang secara praktis. Sungguh mengerikan, karena paham itu ditanamkan orang tua mereka sendiri. Akibatnya, tidak jarang kita temui orang tua yang tega menjual anaknya demi materi. Selebihnya dilakukan sendiri oleh si perempuan muda tersebut  dengan alasan  untuk mendapatkan hidup yang lebih layak dan untuk menghidupi orangtuanya di rumah. Perbuatan ini tanpa mereka sadari telah menjatuhkan harga diri perempuan secara global.
Permasalahan di atas menyebabkan status perempuan semakin tenggelam dalam kekelaman masa. Harapan, angan-angan untuk maju telah ternoda dengan kenyataan tersebut. Akibat dari permasalahan tersebut, perempuan semakin direndahkan. Tidak ada lagi rasa nasionalisme mengingat jasa pahlawan yang sudah memperjuangkan emansipasi. Harga diri wanita yang semakin rendah dengan perbuatan keji seperti itu jelas-jelas Raden Ajeng Kartinikecewa. Kecewa dengan kaum penerusnya yang menyalahgunakan perjuangannya  untuk meningkatkan harkat perempuan. Pembebasan atas diskriminasi pada perempuan seharusnya dimanfaatkan untuk mengembangkan dan membangkitkan eksistensi kaum perempuan secara terhormat, bukan menginjak dan menurunkan harga diri kaum perempuan itu sendiri.
Di zaman yang semakin maju dan semakin pesat ini apakah emansipasi perempuan akan dibiarkan seperti ini? Mengingat perjuangan para pahlawan yang mengabdikan dirinya hanya untuk bangsa tercinta ini. Sedikit pun mereka tidak mau menurunkan harga diri meski harus kehilangan nyawa.
Masih rendahnya keterlibatan dan partisipasi perempuan khususnya generasi muda di dalam pembangunan ekonomi, sosial, politik dan bidang lainnya yang bersifat membangun bangsa ditambah lagi oleh efek negatif globalisasi yang mempengaruhi pikiran-pikiran gene-rasi muda (perempuan) bangsa harus menjadi musuh bersama kita, dalam rangka menyukses-kan pembangunan menyeluruh di negeri ini.
Demi membangun bangsa ini agar menjadi lebih baik lagi, kaum perempuan tidak boleh melupakan hakikatnya sebagai seseorang perempuan yang mempunyai sumber ke-lembutan. Sudah selayaknya kaum perempuan perlu menyadari akan kodratnya. Perempuan diharapkan bisa menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anak yang dilahirkannya. Menjadi Ibu yang dapat membimbing mereka menjadi anak yang kuat, cerdas, dan mem-punyai etika yang baik agar dapat berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Itulah sebenarnya peran wanita yang utama selain berbagai peran di ketiga bidang kehidupan ekonomi, politik dan sosial. Wanita dituntut untuk menjalani kehidupan sesuai perannya masing-masing. Wanita telah menjadi sosok yang harus di hormati dan dilindungi dari berbagai kekerasan dan penganiayaan. Namun, wanita juga harus sadar akan tugas utamanya. Tugas ini mampu untuk menyadarkan perempuan generasi muda untuk menjadi perempuan yang terhormat, berharga dan sebagai kebanggaan bangsa.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah dan jasa-jasa pahlawannya yang berjuang hanya untuk bangsa tercinta ini” ujar Ir. Soekarno. Kita seharusnya dapat meman-faatkan emansipasi perempuan yang sudah diperjuangkan Kartini dengan sebaik-baiknya, yaitu membekali diri untuk berpartisipasi membangun bangsa ini, mengharumkan nama kaum perempuan, membuat bangga bangsa dan tidak menjadi seseorang yang menjatuhkan martabatnya sebagai seorang perempuan. Emansipasi perempuan ini seharusnya dapat men-jadikan generasi muda perempuan yang cerdas bukan menjadi lemah. Jadikan perempuan sebagai subjek bagi bangsa ini dan tidak hanya menjadi objek. Sekaranglah saatnya generasi muda perempuan mencatatkan dirinya sebagai pelaku emansipasi yang mampu berdiri meng-ambil peran penting untuk membangun bangsa yang tercinta ini.
WANITA DULU DAN SEKARANG

Wanita, kata yang tak asing kita dengar dan juga yang biasa kita lihat keberadaannya di kehidupan sehari-hari. Baik di dalam kehidupan mengurus rumah tangga,di dunia bisnis bahkan hingga dunia pemerintahan.Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang beranggotakan wanita bahkan Indonesia pun pernah merasakan bagaimana pemerintahan seorang wanita. Tapi siapa sangka sebelum mencapai prestasi segemilang ini wanita harus dikucilkan dan dianggap sebagai kaum nomor dua.
Sejak dulu laki-laki adalah kaum yang diproritaskan daripada kaum wanita karena kaum laki-laki dianggap memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik dan dianggap lebih layak melakukan pekerjaan yang membutuhkan pemikiran.Sedangkan perempuan hanya dianggap sebagai pelengkap kehidupan semata,perempuan hanya dianggap sebagai budak yang harus menurut kata suami dan diam di dapur tanpa didengar aspirasinya,pernyataannya maupun ide-idenya.
Sehingga menyebabkan mereka harus terkurung dan terkucilkan dari dunia luar dan menerima apa yang diperintahkan kepada mereka. Wanita juga harus rela menyia-nyiakan masa sekolah mereka untuk memenuhi kodrat mereka sebagai seorang wanita,yang diartikan oleh masyarakat dulu sebagai budak suami yaitu seorang wanita yang harus menuruti setiap perkataan suami tanpa kecuali.Mereka harus rela diam di dapur untuk membantu ibu mereka tanpa mengetahui bagaimana cara membaca dan menulis yang dipelajari oleh kaum laki-laki. Mereka tidak mengetahui bagaimanakah keadaan dunia luar yang akan menunggu mereka dan permasalahan-permasalahan yang mungkin saja dapat terpecahkan oleh ide-ide wanita yang cerdas dan dianggap sebelah mata oleh kaum lelaki ini.
Tapi beruntung bagi kita, karena Indonesia memiliki seorang wanita yang cerdas dan berpikiran lebih maju dalam menuntut persamaan derajat yang tidak pernah terpikir dan terlintas di benak kaumnya dialah R.A.Kartini. Seorang wanita yang dengan gigih memperjuangkan hak-hak kaumnya yang ingin disejajarkan dengan laki-laki baik dalam kemampuan berpikir maupun ide-ide yang dicetuskan.Yang menginginkan aspirasinya didengar dan dihargai layaknya aspirasi kaum lelaki yang selalu mendapatkan prioritas utama di dalam masyarakat,layaknya kaum lelaki yang diakui keberadaanya tapa dipandang sebelah mata dan selalu di hormati dan dihargai oleh semua orang.
Namun perjuangan yang dilalui oleh R.A. Kartini tidaklah mudah dia harus jatuh bangun untuk mengangkat derajat kaummnya dari keterpurukan dan hinaan,bahkan demi sekolah ia harus mengiba kepada kedua orang tuanya agar dapat diperbolehkan sekolah. Lantas belum selesai perjuangan Kartini saat duduk di bangku sekolah ia sering membagi ilmunya dengan wanita-wanita lain di kampungnya baik yang masih gadis maupun sudah dewasa. Ia selalu mengajarkan ilmu yang ia dapat kepada kaumnya agar mereka menjadi kaum wanita yang berpikiran maju,tidak hanya berpikiran monoton dan klasik seperti nenek moyang mereka.
Selain membagi ilmunya Kartini muda juga giat mempelajari bahasa Belanda,karena di zamannya untuk membuka gerbang di dunia luar maupun dunia Internasional ia harus menguasai bahasan Belanda karena bahasa Belanda adalah bahasa Internasional.Karena ketekunannya dalam mempelajari bahasa Kartini muda dapat menguasai bahasa tersebut dengan senjatanya yang bernama bahasa Kartini mulai dapat mebuka gerbang dunia luar. Mula-mula melalui koran,Kartini muda selalu menyampatkan dirinya memperkaya pengetahuannya dengan membaca koran maupun majalah baik dari Indonesia maupun bahasa asing.
Berkat kegemarannya dalam membaca Kartini dapat menjalin komunikasi dengan wanita-wanita yang telah berpikiran cerdas dan memperoleh kesempatan unutuk menyampaikan aspirasi maupun pendapatnya tanpa harus dihina maupun dikucilkan. Kartini dapat menemukan alamat surat mereka dari koran dan majalah, Dengan bekalnya yaitu penguasaan bahasa Kartini dapat berhubungan dengan mereka untuk menceritakan nasib kaumnya yang terpuruk,menceritakan bagaimana sakitnya  hati kaum wanita yang dianggap sebagai kaum kedua dan betapa inginnya kaum wanita di negerinya ingin mengelurkan pendapat  dan aspirasi mereka yang selama ini mereka pendam dan mereka tahan demi menjalani kodrat mereka sebagai seotang wanita.

Kartini juga menceritakan bagaimana inginnya ia merubah nasib kaumnya,betapa inginnya ia mengangkat kaumnya dan betapa inginnya ia menunjukan kepada semua orang yang telah merendakan kaum wanita bahwa wanita memiliki potensi yang sama besar dengan potensi yang dimiliki oleh laki-laki,bahwa wanita dapat mengalahkan laki-laki,bahwa wanita dapat mengungguli laki-laki.Berkat pertemanan yang luas Kartini memperoleh wawasan yang luas mengenai nasib kaum wanita yang lebih dihargai di dunia Internasional yang menambah kebulatan dan menambah kekuatan tekad Kartini dalam memperjuangkan hak-hak kaumnya.Dengan keuletannya Kartini juga mulai menemukan cara-cara untuk memperjuangkan hak-haknya kaumnya tanpa menggunakan kekerasan.Hal ini dibuktikan dengan adanya usaha-usaha dan program-program nyata yang telah dilakukan Kartini,misalnya dengan membangun sekolah gratis bagi wanita yang terus ia lakukan hingga akhir hidupnya.
Sungguh tidak sia-sia pengorbanan Kartini karena di zaman sekarang wanita telah memiliki hak dan derajat yang setara dengan laki-laki. Wanita telah mendapat kepercayaan dan pengakuan untuk memegang peran-peran penting dalam kehidupan bernegara hal ini dibuktikan dengan adanya presiden,menteri dan duta perempuan yang mendunia serta dianggap berpengaruh besar dalam kelangsungan kehidupan bernegara.
Tak hanya dalam kemampuan berpikir kekuatan fisik pun wanita dapat disejajarkan dengan kaum pria.Terbukti dengan semakin banyaknya wanita yang berprofesi sebagai tukang bangunan,kuli panggul ataupun buruh yang mayoritasnya merupakan pekerjaan kaum lelaki.Selain itu di kalangan masyarakat wanita juga telah dihormati dan dihargai hak dan aspirasinya. Kaum wanita zaman sekarang haruslah bersyukur karena mereka mendapatkan persamaan hak dan derajat dengan cuma-cuma tanpa melalui proses yang rumit dan sulit yang telah dilalui oleh Kartini dan tokoh-tokoh wanita lain yang harus gigih dan penuh kesabaran dalam memperjuangkan hak mereka di masa itu.
Karena itu diharapkan wanita zaman sekarang harus mampu menggunakan hak-haknya untuk kegiatan yang positif dan memajukan negara.Misalnya menggunakan aspirasinya untuk mendukung pembangunan gedung-gedung sekolah yang rusak dan tertinggal juga untuk mendukung program-progam yang bersifat membangun negara.Selain itu wanita zaman sekarang diharapkan berpikiran cerdas dan maju agar dapat memberikan sumbangsihnya dalam ketatanegaraan baik dalam ide atau pendapatnya.
Selain itu wanita zaman sekarang diharapkan dapat memanfaatkan adanya persamaan hak ini dengan sebaik-baiknya, karena persamaan hak memiliki fungsi yang sangat besar tehadap kemajuan  wanita –wanita zaman sekarang . Karena dengan persamaan hak, wanita tak perlu lagi mengiba-iba untuk memperoleh pendidikan. Wanita juga tidak perlu takut lagi dalam mengeluarkan ide atau aspirasinya atas sebuah permasalahan,wanita juga tidak dianggap sebelah mata oleh kaum lelaki dan dunia internasional.
Yang membedakan wanita zaman dahulu dan wanita zaman sekarang adalah sifat kepercayaan diri, karena wanita masa kini cenderung percaya diri dan dinamis,bahkan mereka memiliki moto yaitu mengalahkan laki-laki Mereka juga memiliki pemikiran-pemikiran yang hebat yang bahkan tidak disadari oleh kaum laki-laki. Wanita zaman sekarang juga tidak mengenal menyerah dan memiliki pemikiran-pemikiran yang lebih kreatif daripada laki-laki. Hal ini dibuktikan degan banyaknya DPR yang beranggotakan wanita dan beberapa presiden wanita yang telah memerintah di beberapa negara di dunia.Oleh karena itu wanita diharapkan mempergunakan haknya dengan baik. 
Namun tak semuanya wanita zaman sekarang memikirkan hal itu,mereka bahkan tak berpikir bahwa demi mendapatkan persamaan hak yang wanita miliki sekarang ini para generasi wanita di zaman dahulu harus berjuang keras dengan menguras tenaga,waktu maupun pikiran sehingga muncullah wanita-wanita zaman sekarang yang tidak mencermikan kecerdasan dan budi yang baik..Wanita zaman sekarang juga cenderung menyalahgunakan hak-hak mereka unutuk hal-hal yang tidak patut dan layak dilakukan ini terbuki dengan adanya fakta suami-suami takut istri.
 Peristiwa ini merupakan penyimpangan dalam pelaksanaan hak-hak wanita. Karena yang dimaksud persamaan hak antara wanita dan kaum laki-laki bukan untuk saling berebut untuk menjadi pemimpin dan menunjukkan siapa yang paling berkuasa melainkan untuk mencari solusi yang tepat dan yang terbaik untuk mengatsi hal-hal yang dihadapi dan juga untuk  menciptakan kerukunan dan sikap saling menghargai antara wanita dan laki-laki tanpa perlu membedakan jenis kelamin dan fisik.
Walaupun di zaman modern telah terdapat itu dengan persamaan hak-hak wanita dan lelaki namun perlakuan masyarakat terhadap wanita terkadang salah.. Buktinya masih terdapat masyarakat yang memperlakukan  wanita dengan cara kuno. Misalnya, masih saja terdapat orang tua yang melarang anak perempuannya untuk bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena mereka menganggap bahwa kodrat wanita memang untuk melayani suami dan bekerja di dapur, mereka tidak menyadari bahwa setiap wanita memiliki potensi yang besar untuk memajukan negara. Mereka juga tidak memahami bahwa Tuhan menciptakan manusia bukan hanya untuk memasak,mencuci,melahirkan,meladen suami ataupun bekerja di dapur melainkan untuk saking bahu-membahu dengan kaum laki-laki untuk mewujudkan hal yang lebih baik.
Selain itu wanita juga dapat membantu meringankan beban pekerjaan laki-laki karena dengan adanya wanita, laki-laki tidak lagi harus mengurus dirinya sendiri dengan susah payah karena telah ada wanita yang akan merawatnya.Wanita juga cukup berperan dalam pembangunan negara karena dari rahim seorang wanita lahirlah generasi-generasi muda penerus bangsa yang diharapkan dapat memajukan bangsa dan negara dan dari perlakuan seorang wanita jugalah tumbuhlah pemuda-pemudi yang kaya akan wawasan dan memiliki budi luhur yang akan membangun bangsa.
Karena itu janganlah meremehkan seorang wanita karena bila tidak ada wanita maka tidak akan lahir generasi bangsa,karena bila tidak ada wanita maka tidak ada manusia-manusia yang akan tumbuh menggabtikan manusia yang suda mati karena tidak ada wanita maka kaum lelaki akan segsara mengurus hidupnya sendiri dan bila tidak ada wanita tidak akan ada kemajuan bangsa.
Namun sebagai wanita kita janganlah kita sombong sehingga menyalahi kodrat yang telah di gariskan,dengabn beranggapan bahwa wanita lebih hebat daripada laki-laki itu adalah pikiran yang salah karena laki-laki dan wanita memiliki hak yang dan derajat yang sama. Jadi tidak ada yang di atas dan tidak ada yang dibawah sehingga tidak pantaslah wanita bersikap sombong dan angkuh terhadap laki-laki begitu juga sikap laki-laki terhadap perempuan.
Maka keadaan yang baik hendaklah saling membantu antara kaum laki-laki dan kaum wanita karena dengan sikap saling membantu dapat mempererat tali persaudaraan dan kerukunan sehingga terbentuklah negara yang aman,tentram dan rukun. Karena persamaan hak itu ada bukan untuk menciptakan jurang pemisah ataupun untuk menciptakan persaingan,melainkan untuk mewujudkan kehidupan yang saling hormat-menghormati juga saling menghargai.

0 komentar:

Posting Komentar